Pertambahan penduduk dan perkembangan masyarakat dunia
telah menyebabkan konsumsi produk perikanan laut mengalami peningkatan. Dalam
kondisi produk perikanan yang stagnan dan bahkan menurun, produk perikanan
budidaya diharapkan menjadi “prime mover”
pertumbuhan produk perikanan.
Salah satu komoditi unggulan produk perikanan budidaya
adalah rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditi laut yang sangat
populer dalam perdagangan dunia karena mengandung berbagai senyawa seperti
karaginan, agar dan alginate yang banyak digunakan dalam industri pangan,
farmasi, kosmetika dan produk bioteknologi lainya.
Jenis rumput laut penghasil karaginan yang sangat
mendominasi perdangangan internasional dan domistik saat ini adalah euchema cottonni. Jenis tersebut menunjukkan
peningkatan yang cukup baik, yakni pada tahun 2003 sebesar 36.540 ton meningkat
menjadi 71.927 ton pada tahun 2005.
Maluku sebagai provinsi kepulauan memiliki luas
712.479,69 km² yang terdiri dari luas laut 658.294,69 km² (92%) dan luas
daratan 54.158 km² (7,6%). Luas lautan memiliki potensi sumber daya perikanan
sebesar 1.640.160 ton/tahun, hal ini disesuai dengan hasil kajian badan riset
kelautan dan perikanan bekerja sama dengan pusat penelitian dan pengembangan
oseanologi lembaga ilmu penggetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Potensi
sumber daya hayati perikanan dimaksud terdiri dari biota laut yang dapat
dieksploitasi secara optimal. Besarnya potensi perikanan yang tersedia telah
dimanfaatkan sebesar 481.847,8 ton (Dinas
Kelautan dan Perikanan, 2005).
Salah satu usaha pemerintah yang
mungkin cukup membantu menyelamatkan kehidupan nelayan adalah penetapan Nilai
Tukar Nelayan (NTN) dan Nilai Tukar
Pembudidaya (NTPi) yang dilakukan pemerintah pada tahun 2008 lalu. DKP
bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) telah menghitung NTN per
provinsi dengan perhitungan gabungan dari NTN dan Nilai Tukar Pembudidaya ikan
(NTPi). Penghitungan NTPi ini juga dilakukan, karena unsur ekonomi dua kelompok
perikanan ini sangat berbeda, baik biaya penerimaan, apalagi biaya pengeluaran.(Marza. 2009 pada http://medanbisnisonline.com)
Jadi, mulai saat ini kelompok masyarakat pesisir yang
sering dikatagorikan sebagai segmen masyarakat mayoritas miskin ini telah
memiliki ukuran nilai tukar yang lebih akurat. Dengan adanya NTPi kita dapat
melihat kondisi pembudidaya lebih jelas setiap bulan, baik dalam musim paceklik
atau musim panen. Akan lebih mudah mengetahui tingkat kesejahteraan pekerja di
sektor kelautan dan perikanan. Demikian juga terhadap berbagai faktor ekonomi
yang mempengaruhinya.
Pada dasarnya, nilai tukar ini umumnya digunakan untuk menyatakan perbandingan antara harga barang-barang dan jasa yang diperdagangkan
antara dua atau lebih negara, sektor, atau kelompok sosial ekonomi. Begitu pun
NTPi, digunakan untuk mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh
pengeluaran (expenditure) keluarga pembudidaya. Selain itu, NTPi juga digunakan
untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya secara relatif dan
merupakan ukuran kemampuan keluarga pembudidaya untuk memenuhi kebutuhan
subsistemnya. Dengan demikian, akan diperoleh ukuran tingkat kesejahteraan
pembudidaya yang semakin lebih akurat dan obyektif.
Upaya meningkatkan produksi perikanan dapat di tempuh
melalui usaha budidaya, baik di darat maupun di laut. Budidaya rumput laut
merupakan salah satu jenis budidaya dibidang perikanan yang mempunyai peluang
untuk dikembangkan di wilayah perairan Indonesia . Budidaya rumput laut
memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan
luar Negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan nelayan atau petani ikan serta menjaga kelestarian sumber hayati
perairan (Poncomulyo dkk, 2006).
Di Maluku salah satu Kabupaten yang memiliki potensi
untuk membudidayakan rumput laut adalah di
Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB).
Usaha budidaya rumput laut di kabupaten ini telah lama dilakukan dan umumnya dilaksanakan oleh masyarakat dari Sulawesi Tenggara. Umumnya usaha budidaya rumput laut masih bersifat skala
kecil dengan manajemen pengolahan dan pengaturan keuangan yang masih sederhana namun memiliki kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan usaha perikanan di kabupaten SBB dan meningkatkan kesejahteraan nelayan pembudidaya di sana. Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada penulisan ini ingin disampaikan beberapa kajian tentang Nilai Tukar (Terms of Trade) Nelayan Pembudidaya Rumput laut yang mengarah pada kemampuan mereka mengalokasikan pendapatan dan pengeluaran mereka selama 3 bulan (Triwulan) dari usaha yang digeluti tersebut.
II. Metodologi Penelitian
Metode dasar yang dilakukan pada penelitian ini
adalah metode survei. Dimana wawancara dilakukan secara langsung dengan
menggunakan kuisioner kepada pembudidaya yang menjalankan usaha budidaya rumput
laut.
Metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk
memperoleh fakta-fakta dan gejal-gejala yang ada, mencari keterangan nyata
secara baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok
atau suatu daerah (Nazir, 2003).
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data
primer dan data sekunder.
Data primer adalah data mentah (raw data) karna para
peneliti hanya dapat menggali dan memperoleh jenis data ini dari sumber
pertama, yaitu responden. Respondennya berupa masyarakat biasa,
pengusaha-pengusaha, pimpinan lembaga-lembaga penelitian dan lain-lain (Teguh, 2005). Data primer dikumpulkan
langsung dari responden dilapangan dengan menggunakan kuisioner sebagai pedoman
wawancara. Data primer yang di perlukan yaitu :
-
Karakterisrik responden pembudidaya rumput laut berupa
: nama, umur, besar keluarga, pendidikan terakhir dan pengalaman usaha.
-
Tingkat pendapatan dan daya beli keluarga pembudidaya.
Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan
digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya,
baik berupa kualitatif maupun data kuantitatif. Data sekunder ini dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti perusahaan swasta, perusahan pemerintah
dan perguruan-perguruan tinggi swasta adan pemerintah, lembaga-lembaga
penelitian swasta dan pemerintah maupun instansi-instansi pemerintah baik yang
berada di tingkat paling bawah yaitu Desa maupun berada di tingkat pusat (Teguh, 2005). Dengan kata lain data
sekunder merupakan data yang didapat lewat penelusuran ke instansi-instansi
terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Metode
Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
pembudidaya rumput laut di Teluk Kotania Seram Bagian Barat yang masih aktif melakukan usaha
pembudidayaan rumput laut. Pengambilan sampel pada pembudidaya diambil dengan
cara sampling jenuh atau exhausting
sampling dan purposive sampling
atau pengambilan sampel secara sengaja.
Umar, (2005) mengatakan bahwa proposive sampling
adalah pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap
mempunyai sangkutpaut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Sampel yang diambil sebanyak 50 KK (Kepala Keluarga) pembudidaya dari
populasi 125 KK usaha budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dengan menggunakan metode budidaya rawai (long line method) yang aktif.
Namun dalam penelitian ini, didalam sampel terdapat 20 KK yang merupakan pembudidaya yang aktif melakukan budidaya pada Musim Timur dan Musim Barat. dan 30 KK pembudidaya yang aktif melakukan usaha hanya pada Musim Timur saja. Jadi sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompol Musim Timur-Barat dan kelompok Musim Timur saja.
Namun dalam penelitian ini, didalam sampel terdapat 20 KK yang merupakan pembudidaya yang aktif melakukan budidaya pada Musim Timur dan Musim Barat. dan 30 KK pembudidaya yang aktif melakukan usaha hanya pada Musim Timur saja. Jadi sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompol Musim Timur-Barat dan kelompok Musim Timur saja.
Metode
Analisis Data
Data yang dikumpulkan, ditabulasi dan di analisis
sesuai dengan kebutuhan. Data dianalisis secara
kualitatif maupun kuntitatif sebagai berikut:
-
Untuk menganalisis aspek manajemen organisasi yang
diterapkan dalam usaha budidaya rumput laut di Perairan Teluk Kotania
Kabupaten Seram Bagian Barat digunakan metode deskriptif komulatif secara
kualitatif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti
suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,
ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki (Nazir,2003).
-
Untuk menganalisis daya beli pembudidaya dalam memenuhi
kebutuhan konsumsi rumah tangga pembudidaya rumput laut di Dusun Wael dan Dusun Pulau Osi
Kabupaten Seram Barat digunakan analisis nilai tukar pembudidaya (NTPi).
Menurut Basuki, dkk (2001) Nilai Tukar Pembudidaya adalah
rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga pembudidaya
selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan yang dimaksud adalah
pendapatan kotor atau disebut sebagai penerimaan rumah tangga pembudidaya.
Nilai tukar pembudidaya (NTPi) dan (INTPi) dapat dirumuskan sebagai berikut :
NTPi = Yt / Et
Yt = YFt + YNFt
Et = EFt + EKt
Dimana:
YFt = total penerimaan nelayan dari usaha
perikanan (Rp)
YNFt = total penerimaan
nelayan dari non perikanan (Rp)
EFt = total pengeluaran nelayan dari usaha
perikanan (Rp)
EKt = total pengeluaran nelayan dari konsumsi
keluarga nelayan (Rp)
t = periode waktu (triwulan).
Perkembangan NTPi dapat ditunjukkan dalam Indeks
Nilai Tukat Pembudidaya (INTPi). INTPi adalah rasio antara indeks total
pendapatan terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga pembudidaya selama
waktu tertentu. Hal ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
INTPi = (IYt /IEt) x 100%
IYt = (Yt / Ytd) x 100%
IEt = (Et / Etd) x 100%
Dimana:INTPi = indeks nilai tukar pembudidaya periode t
IYt = indeks total pendapatan keluarga nelayan periode t
Yt = total pendapatan keluarga nelayan periode t
Ytd = total pendapatan keluarga nelayan periode dasar
IEt = indeks total pengeluaran keluarga nelayan periode t
Et = total pengeluaran keluarga nelayan periode t
Etd = total pengeluaran keluarga nelayan periode dasar
t = periode waktu (triwulan)
- Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembudidaya digunakan kurva Lorenz dan Koefisien Gini. Secara matematis dapat ditulis:
n
KG = 1 - ∑. Fi (Xi+1-
Xi) (Yi +
Y i+1) atau
1
n
KG = 1 - ∑. Fi (Y i+1 + Yi)
1
Dimana:
KG
= angka koefisien gini
Xi = proporsi jumlah tangga kumulatif dalam
kelas i
Yi = proporsi jumlah pendapatan rumah tangga
kumulatif dalam kelas i
Xi+1
= proporsi jumlah rumah tangga kumulatif sesudah kelas i
Yi+1 = proporsi jumlah pendapatan rumah tangga
kumulatif sesudah kelas
Fi = proporsi rumah tangga kelas i
Kelas = jika dibagi dalam 3 kelas
menjadi :
33.33%
miskin
33.33 %
menengah
33.33%
kaya
Menurut criteria H.T. Oshima ketidakmerataan rendah angka gini kurang
dari 0.3; ketidakmerataan sedang bila angka gini antara 0.3 – 0.5; dan ketidak
merataan tinggi bila angka gini diatas 0.5 (Widodo, 1990).
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Pembudidaya Rumput Laut di Teluk Kotania
Kabupaten Seram Bagian Barat yang berasal dari Dusun Pulau Osi dan Dusun Wael dan berlangsung selama 6 Bulan. Jadwal
pelaksanaan mulai dari Bulan November,
Desember, Januari, Februari, Maret dan April tahun 2009