Rabu, 18 April 2012

Kajian Nilai Tukar Pembudidaya Rumput Laut di Kabupaten SBB, Provinsi Maluku

     
     I.  Pendahuluan
Pertambahan penduduk dan perkembangan masyarakat dunia telah menyebabkan konsumsi produk perikanan laut mengalami peningkatan. Dalam kondisi produk perikanan yang stagnan dan bahkan menurun, produk perikanan budidaya diharapkan menjadi “prime mover” pertumbuhan produk perikanan.
Salah satu komoditi unggulan produk perikanan budidaya adalah rumput laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia karena mengandung berbagai senyawa seperti karaginan, agar dan alginate yang banyak digunakan dalam industri pangan, farmasi, kosmetika dan produk bioteknologi lainya.
Jenis rumput laut penghasil karaginan yang sangat mendominasi perdangangan internasional dan domistik saat ini adalah euchema cottonni. Jenis tersebut menunjukkan peningkatan yang cukup baik, yakni pada tahun 2003 sebesar 36.540 ton meningkat menjadi 71.927 ton pada tahun 2005.
(Biro pusat statistik. 2009. pada http://sumsel.bps.go.id/ pdf.)
      Data Statistik Perikanan Budidaya (2005) menunjukkan bahwa dari luas potensi perikanan sumberdaya lahan untuk budidaya laut Indonesia seluas ± 8.36 juta ha. Besar potensi lahan tersebut berada pada wilayah Maluku dan Papua sebesar ± 4.13 juta ha. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang untuk masyarakat pembudidaya rumput laut, pengusaha swasta dan pemerintah untuk meningkatkan produksi budidaya rumput laut Indonesia.
Maluku sebagai provinsi kepulauan memiliki luas 712.479,69 km² yang terdiri dari luas laut 658.294,69 km² (92%) dan luas daratan 54.158 km² (7,6%). Luas lautan memiliki potensi sumber daya perikanan sebesar 1.640.160 ton/tahun, hal ini disesuai dengan hasil kajian badan riset kelautan dan perikanan bekerja sama dengan pusat penelitian dan pengembangan oseanologi lembaga ilmu penggetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2001. Potensi sumber daya hayati perikanan dimaksud terdiri dari biota laut yang dapat dieksploitasi secara optimal. Besarnya potensi perikanan yang tersedia telah dimanfaatkan sebesar 481.847,8 ton (Dinas Kelautan dan Perikanan, 2005).
Salah satu usaha pemerintah yang mungkin cukup membantu menyelamatkan kehidupan nelayan adalah penetapan Nilai Tukar Nelayan (NTN)  dan Nilai Tukar Pembudidaya (NTPi) yang dilakukan pemerintah pada tahun 2008 lalu. DKP bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) telah menghitung NTN per provinsi dengan perhitungan gabungan dari NTN dan Nilai Tukar Pembudidaya ikan (NTPi). Penghitungan NTPi ini juga dilakukan, karena unsur ekonomi dua kelompok perikanan ini sangat berbeda, baik biaya penerimaan, apalagi biaya pengeluaran.(Marza. 2009 pada http://medanbisnisonline.com)
Jadi, mulai saat ini kelompok masyarakat pesisir yang sering dikatagorikan sebagai segmen masyarakat mayoritas miskin ini telah memiliki ukuran nilai tukar yang lebih akurat. Dengan adanya NTPi kita dapat melihat kondisi pembudidaya lebih jelas setiap bulan, baik dalam musim paceklik atau musim panen. Akan lebih mudah mengetahui tingkat kesejahteraan pekerja di sektor kelautan dan perikanan. Demikian juga terhadap berbagai faktor ekonomi yang mempengaruhinya.
Pada dasarnya, nilai tukar ini umumnya digunakan untuk menyatakan perbandingan antara harga barang-barang dan jasa yang diperdagangkan antara dua atau lebih negara, sektor, atau kelompok sosial ekonomi. Begitu pun NTPi, digunakan untuk mempertimbangkan seluruh penerimaan (revenue) dan seluruh pengeluaran (expenditure) keluarga pembudidaya. Selain itu, NTPi juga digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya secara relatif dan merupakan ukuran kemampuan keluarga pembudidaya untuk memenuhi kebutuhan subsistemnya. Dengan demikian, akan diperoleh ukuran tingkat kesejahteraan pembudidaya yang semakin lebih akurat dan obyektif.
Upaya meningkatkan produksi perikanan dapat di tempuh melalui usaha budidaya, baik di darat maupun di laut. Budidaya rumput laut merupakan salah satu jenis budidaya dibidang perikanan yang mempunyai peluang untuk dikembangkan di wilayah perairan Indonesia. Budidaya rumput laut memiliki peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar Negeri, memperluas lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan nelayan atau petani ikan serta menjaga kelestarian sumber hayati perairan (Poncomulyo dkk, 2006).
Di Maluku salah satu Kabupaten yang memiliki potensi untuk membudidayakan rumput laut adalah di  Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB). Usaha budidaya rumput laut di kabupaten ini telah lama dilakukan dan umumnya dilaksanakan oleh masyarakat dari Sulawesi Tenggara. Umumnya usaha budidaya rumput laut masih bersifat skala kecil dengan manajemen pengolahan dan pengaturan keuangan yang masih sederhana namun memiliki kontribusi yang sangat besar bagi pengembangan usaha perikanan di kabupaten SBB dan meningkatkan kesejahteraan nelayan pembudidaya di sana. Berdasarkan latar belakang tersebut maka pada penulisan ini ingin disampaikan beberapa kajian tentang Nilai Tukar (Terms of Trade) Nelayan Pembudidaya Rumput laut yang mengarah pada kemampuan mereka mengalokasikan pendapatan dan pengeluaran mereka selama 3 bulan (Triwulan) dari usaha yang digeluti tersebut.

II. Metodologi  Penelitian
Metode dasar yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode survei. Dimana wawancara dilakukan secara langsung dengan menggunakan kuisioner kepada pembudidaya yang menjalankan usaha budidaya rumput laut.
Metode survei adalah penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejal-gejala yang ada, mencari keterangan nyata secara baik tentang institusi sosial, ekonomi atau politik dari suatu kelompok atau suatu daerah (Nazir, 2003).
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.
Data primer adalah data mentah (raw data) karna  para peneliti hanya dapat menggali dan memperoleh jenis data ini dari sumber pertama, yaitu responden. Respondennya berupa masyarakat biasa, pengusaha-pengusaha, pimpinan lembaga-lembaga penelitian dan lain-lain (Teguh, 2005). Data primer dikumpulkan langsung dari responden dilapangan dengan menggunakan kuisioner sebagai pedoman wawancara. Data primer yang di perlukan yaitu :
-          Karakterisrik responden pembudidaya rumput laut berupa : nama, umur, besar keluarga, pendidikan terakhir dan pengalaman usaha.
-          Tingkat pendapatan dan daya beli keluarga pembudidaya.
Data sekunder adalah jenis data yang diperoleh dan digali melalui hasil pengolahan pihak kedua dari hasil penelitian lapangannya, baik berupa kualitatif maupun data kuantitatif. Data sekunder ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti perusahaan swasta, perusahan pemerintah dan perguruan-perguruan tinggi swasta adan pemerintah, lembaga-lembaga penelitian swasta dan pemerintah maupun instansi-instansi pemerintah baik yang berada di tingkat paling bawah yaitu Desa maupun berada di tingkat pusat (Teguh, 2005). Dengan kata lain data sekunder merupakan data yang didapat lewat penelusuran ke instansi-instansi terkait dengan penelitian yang dilakukan.
 Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pembudidaya rumput laut di Teluk Kotania Seram Bagian Barat yang masih aktif melakukan usaha pembudidayaan rumput laut. Pengambilan sampel pada pembudidaya diambil dengan cara sampling jenuh atau exhausting sampling dan purposive sampling atau pengambilan sampel secara sengaja.
Umar, (2005) mengatakan bahwa proposive sampling adalah pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkutpaut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel yang diambil sebanyak 50 KK (Kepala Keluarga) pembudidaya dari populasi 125 KK usaha budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii dengan menggunakan metode budidaya rawai (long line method) yang aktif.
Namun dalam penelitian ini, didalam sampel terdapat 20 KK yang merupakan pembudidaya yang aktif melakukan budidaya pada Musim Timur dan Musim Barat.  dan 30 KK pembudidaya yang aktif melakukan usaha hanya pada Musim Timur saja. Jadi sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompol Musim Timur-Barat dan kelompok Musim Timur saja.

                                   Metode Analisis Data
                 Data yang dikumpulkan, ditabulasi dan di analisis sesuai dengan kebutuhan. Data dianalisis secara  
                 kualitatif maupun kuntitatif sebagai berikut:
-          Untuk menganalisis aspek manajemen organisasi yang diterapkan dalam usaha budidaya rumput laut di  Perairan Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat digunakan metode deskriptif komulatif secara kualitatif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir,2003).
-          Untuk menganalisis daya beli pembudidaya dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga pembudidaya rumput laut di Dusun Wael dan Dusun Pulau Osi Kabupaten Seram Barat digunakan analisis nilai tukar pembudidaya (NTPi). Menurut Basuki, dkk (2001) Nilai Tukar Pembudidaya adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga pembudidaya selama periode waktu tertentu. Dalam hal ini, pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan kotor atau disebut sebagai penerimaan rumah tangga pembudidaya. Nilai tukar pembudidaya (NTPi) dan (INTPi) dapat dirumuskan sebagai berikut :
NTPi = Yt / Et
Yt      = YFt + YNFt
Et       = EFt + EKt
Dimana:
YFt    = total penerimaan nelayan dari usaha perikanan (Rp)
YNFt = total penerimaan nelayan dari non perikanan (Rp)
EFt    = total pengeluaran nelayan dari usaha perikanan (Rp)
EKt   = total pengeluaran nelayan dari konsumsi keluarga nelayan (Rp)
t        = periode waktu (triwulan).
Perkembangan NTPi dapat ditunjukkan dalam Indeks Nilai Tukat Pembudidaya (INTPi). INTPi adalah rasio antara indeks total pendapatan terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga pembudidaya selama waktu tertentu. Hal ini dapat di rumuskan sebagai berikut:
INTPi = (IYt /IEt) x 100%
IYt      = (Yt / Ytd) x 100%
IEt      = (Et / Etd) x 100%
Dimana:
                 INTPi  = indeks nilai tukar pembudidaya periode t                       

                   IYt     = indeks total pendapatan keluarga nelayan periode t                            
                    Yt      = total pendapatan keluarga nelayan periode t
                    Ytd    = total pendapatan keluarga nelayan periode dasar                           
                    IEt     = indeks total pengeluaran keluarga nelayan periode t                          
                    Et      = total pengeluaran keluarga nelayan periode t                      
                    Etd    = total pengeluaran keluarga nelayan periode dasar                           
                     t        = periode waktu  (triwulan)


- Untuk menganalisis distribusi pendapatan pembudidaya digunakan kurva Lorenz dan Koefisien Gini. Secara matematis dapat ditulis:
                     n
KG = 1 - ∑.  Fi (Xi+1- Xi) (Yi + Y i+1)    atau 
                1
    n
KG = 1 - ∑.  Fi (Y i+1 + Yi)
                1
Dimana:
KG    = angka koefisien gini
Xi      = proporsi jumlah tangga kumulatif dalam kelas i
Yi      = proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif dalam kelas i
Xi+1  = proporsi jumlah rumah tangga kumulatif sesudah kelas i
Yi+1  = proporsi jumlah pendapatan rumah tangga kumulatif sesudah kelas
Fi       = proporsi rumah tangga kelas i
Kelas = jika dibagi dalam 3 kelas menjadi :
33.33% miskin
33.33 % menengah
33.33% kaya

Menurut criteria H.T. Oshima ketidakmerataan rendah angka gini kurang dari 0.3; ketidakmerataan sedang bila angka gini antara 0.3 – 0.5; dan ketidak merataan tinggi bila angka gini diatas 0.5 (Widodo, 1990).

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Pembudidaya Rumput Laut di  Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat yang berasal dari Dusun Pulau Osi dan Dusun Wael dan  berlangsung selama 6 Bulan. Jadwal pelaksanaan mulai dari Bulan  November, Desember, Januari, Februari, Maret dan April tahun 2009



Tidak ada komentar:

Posting Komentar